Market

Ada Subsidi Batu bara Rp4,1 Juta/MT, Faisal Basri Sebut Hilirisasi Nikel Bikin ‘Buntung’ Negara


Ekonom senior Faisal Basri kembali membantah pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut penerimaan negara naik 30 kali lipat dari hilirisasi nikel yang didominasi investor China.

“Sehingga, klaim untung besar dari hilirisasi (nikel) itu omong kosong. Adanya justru minus. Dulu saya pernah bilang, hanya 10 persen yang dinikmati negara. Sisanya yang 90 persen dinikmati China. Tapi, ternyata minus,” kata Faisal dalam podcast dengan Novel Baswedan, Rabu (19/6/2024).

Kenapa minus? Menurut Faisal, investasi smelter nikel yang dikuasai China, mendapat limpahan insentif. Mulai dari tax holiday hingga subsidi batu bara yang nilainya mencapai US$270 per metrik ton (MT). Atau setara Rp4,125 juta/MT dengan asumsi kurs Rp15.000/US$.  

Kata Faisal, para investor smelter nikel itu, berhak atas batu bara berharga murah (subsidi) untuk mengoperasikan PLTU-nya.

“Pada 2022, harga batu bara di pasar global mencapai 345 dolar AS per metrik ton. Tapi, pemerintah beri harga 70 dolar AS saja untuk PLTU smelter nikel.  Subsidinya 275 dolar AS per metrik ton. Betapa pemurahnya negara mensubsidi warga asing. Sementara rakyatnya digencet terus,” beber Faisal.

Di sisi lain, lanjut Faisal, maraknya investasi smelter nikel di Indonesia, tidak berdampak kepada melambungnya setoran pajak. Karena itu tadi, investasi smelter nikel mendapat keringanan pajak yang luar biasa besar.

“Padahal, enggak perlu seperti itu. Negara kan perlu duit untuk membiayai pembangunan. Bukan malah memburu pajak dari rakyatnya. Apalagi sekarang, daya beli terus melemah karena harga-harga mahal,” imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi pernah menyampaikan adanya kenaikan penerimaan negara dari bertumbuhnya hilirisasi khususnya nikel.

“Kalau hitungan kita ya, contoh saya berikan nikel. Saat diekspor mentahan, setahun kira-kira hanya dapat Rp17 triliun. Setelah masuk ke industrial downstreaming, ada hilirisasi, penerimaan negara naik menjadi Rp510 triliun,” ujar Jokowi di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (10/8/2023).

Jokowi bilang, ditilik dari nilai ekspor nikel setelah dan sebelum hilirisasi, terlihat jelas adanya kenaikan penerimaan negara sekitar 30 kali lipat. Di mana, penerimaan yang dimaksud berupa pengenaan pajak juga.

“Bayangkan saja, kalau kita ambil pajak dari 17 triliun sama yang dari Rp510 triliun besar mana? Karena dari situ, dari hilirisasi, kita akan dapatkan PPN, PPh badan, PPh karyawan, PPh perusahaan, royalti, bea ekspor, Penerimaan Negara Bukan Pajak, semuanya ada di situ. Coba dihitung saja, dari Rp17 triliun sama Rp510 triliun, lebih besar mana,” jelas Jokowi. 
 

Back to top button