Dubes Najib Rela Jadi Tour Guide untuk Perkenalkan Peradaban Islam di Spanyol
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO Dr. Muhammad Najib tiba-tiba berganti peran menjadi pemandu wisata alias ‘tour guide’. Hal ini ia lakukan di tengah kunjungan lapangan delegasi Indonesia dari Komisi VIII DPR RI ke Spanyol. Dubes Najib turun tangan langsung menjadi ‘tour guide’ selama rombongan anggota parleman RI berada di Madrid, Cordoba dan Granada sejak Sabtu (7/5/2022) lalu hingga sepekan mendatang.
“Ini kan tugas saya sebagai dubes. Tidak perlu gengsi. Dubes bisa jadi sopir, pemandu wisata, atau apapun untuk mensukseskan misi Indonesia di negara tempatannya. Di Spanyol saya punya misi khusus, ingin memperkenalkan peradaban Islam Spanyol kepada masyarakat Indonesia.
Apalagi ini yang datang kan rombongan Komisi VIII DPR RI. Penting untuk menularkan inspirasi dan kebijaksanaan dari peradaban Islam Spanyol untuk kerja-kerja masa depan.” Ujarnya kepada inilahcom yang langsung meliput dari Cordoba, Spanyol.
Sepanjang perjalanan dari Madrid ke Cordoba dan dari Cordoba ke Granada, Dubes Najib menceritakan sejarah dan berbagai informasi penting di dalam bus kepada rombongan. Ia tak lelah menyampaikan fakta-fakta sejarah yang dielaborasi dengan berbagai wawasan terkini tentang politik peradaban Islam dan dunia.
Hal ini tidak mengherankan karena Dubes Najib memiliki latar belakang sebagai penulis dan akademisi di bidang politik Islam. “Saya kadang berperan sebagai dubes, politisi, tapi tak bisa dilepaskan juga sebagai seorang akademisi dan penulis. Jadi kali ini Insya Allah dubes langsung yang akan jadi ‘tour guide’ Bapak-Ibu sekalian.” Kelakarnya di hadapan para anggota dewan dari Indonesia. Mereka memberi tepuk tangan.
Di Cordoba, rombongan Komisi VIII DPR RI mengunjungi Mezquita Cathedral de Cordoba yang sangat bersejarah, masjid peninggalan peradaban Islam yang dibangun di masa Khalifah Abdurrahman I atau dikenal sebagai Abdurrahman Addakhil pada abad ke-7 yang kemudian diubah menjadi gereja katedral Visgotik pada abad ke-12 di bawah kepemimpinan Raja Ferdinand III. “Ini masjid yang sangat bersejarah. Saksi bahwa Islam pernah menjadi superpower dunia.
Di sini bukan hanya arsitektur yang berkembang, tetapi ilmu pengetahuan dan sains yang lain. Di Masjid Cordoba ini pernah bergumul para ilmuwan dan cendekiawan besar Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibn al-Firnas, al-Khawarizmi dan lainnya.” Cerita Dubes Najib antusias.
Sepanjang perjalanan dan kunjungan ke situs-situs bersejarah para anggota delegasi Indonesia menyimak pemaparan Dubes Najib dengan saksama. “Luar bisa dedikasi dan pelayanan Pak Dubes kepada kami. Kami sangat terkesan. Yang disampaikan semua penting dan memberikan inspirasi yang mendalam.” Ujar Yandri Susanto, Ketua Komisi VIII DPR RI yang menjadi ketua rombongan.
Hal senada juga disampaikan KH Maman Imanul Haq, anggota DPR RI dari PKB, yang datang bersama istri. “Pak Dubes ini membuat kami terharu sekali. Pengetahuannya sangat luas dan dalam. Tadi istri saya sampai tiga kali meneteskan air mata karena terharu.” Cerita Maman. Hal tersebut terjadi saat Dubes Najib menceritakan kesedihan Raja Spanyol Charles V yang menyesal telah mengizinkan penambahan bangunan baru katedral di dalam Masjid Cordoba pada masa Renaisance.
“Waktu itu Raja Charles V memang ditekan oleh Bishop saat itu hingga dua kali agar diizinkan membangun katedral di tengah bangunan masjid Cordoba. Sang Raja akhirnya mengizinkan, tetapi setelah selesia dibangun, Raja Charles mengungkapkan penyesalannya. Katanya kepada kardinal waktu itu, ‘Anda sudah membangun sesuatu yang mungkin orang bangun di tempat lain, tetapi Anda sudah menghancurkan arsitektur yang sangat unik di dunia’.” Kisah Dubes Najib sambil terisak.
“Bayangkan dulu di sini pernah berjalan Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, hingga Ibnu Al-Firnas. Ini sejarah yang teramat penting untuk diketahui dan diambil inspirasinya.” Sambungnya.
Dedikasi Dubes Najib untuk merajut dan menghidupkan inspirasi sejarah peradaban Islam Spanyol kepada masyarakat luas memang patut diacungi jempol. Ia bahkan telah menulis novel berjudul ‘Di Beranda Istana Alhambra’ untuk memperkenalkan sejarah peradaban dan pemikiran Islam yang sangat penting ini. Ia bahkan rela turun kelas jadi pemandu wisata, bercerita berjam-jam, menemani rombongan Indonesia, tanpa kenal lelah dan penuh semangat.