Kadisdik HST: Study Tour Minimal 70% Mengandung Edukasi

INILAHKALSEL.COM, HULU SUNGAI TENGAH– Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (Disdik HST) mengeluarkan surat edaran terbaru yang mengatur pelaksanaan kegiatan study tour dan perpisahan sekolah Nomor: 400.3/476/Sekr/DIK/2025.
Salah satu poin utamanya adalah larangan bagi sekolah menarik dana langsung dari siswa untuk kegiatan tersebut, serta penekanan agar study tour ini mengedepankan nilai edukasi.
Kepala Dinas Pendidikan HST, H. Muhammad Anhar, S.STP., M.E., mengatakan bahwa pihaknya ingin memastikan kegiatan study tour ini tidak membebani orangtua dan tetap memiliki tujuan pembelajaran yang jelas.
“Study tour ini harus ke destinasi pendidikan seperti museum atau tempat sejarah,” katanya, Jumat (9/5/2025) saat ditemui setelah upacara Hardiknas.
Ia menambahkan, kegiatan study tour itu minimal 70% harus mengandung unsur edukatif.
“Kalau mau hiburan silakan, tetapi hiburan yang edukatif juga.
Disdik HST juga menegaskan bahwa sekolah tidak boleh terlibat dalam pengumpulan dana kegiatan study tour.
Pengelolaan dana diserahkan sepenuhnya kepada komite sekolah, sebagai representasi dari para orangtua.
Ia juga mengingatkan agar tidak ada pemaksaan kepada siswa yang kurang mampu untuk ikut kegiatan tersebut.
Justru, ia mendorong empati dari orangtua yang mampu agar bisa membantu yang tidak mampu tersebut.
“Kalau bisa yang mampu itu mensubsidi yang kurang mampu. Ini bentuk empati sosial dari sesama orangtua murid melalui komite,” tambahny
Terkait pelaksanaan perpisahan sekolah dan wisuda, Disdik HST menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukanlah kewajiban.
Pelaksanaan diharapkan dilakukan secara sederhana dan tidak mengedepankan kemewahan.
“Kalau kami lihat di HST ini hampir tidak ada perpisahan yang mewah, karena yang kita ketahui HST tidak punya hotel atau ballroom besar, jadi rata-rata kegiatan dilakukan di sekolah saja, secara sederhana,” jelas Anhar lagi.
Ia menilai pelaksanaan perpisahan di HST sudah cukup baik karena dikoordinasikan langsung oleh komite sekolah dan dilaksanakan secara gotong royong, seperti membuat panggung di halaman sekolah.
“Yang penting tidak ada paksaan, dan ada komunikasi yang baik antara sekolah dan orangtua. Jadi kami lihat masih wajar dan sesuai dengan kondisi kita yang di kabupaten, bukan seperti di kota besar yang kemungkinan ada perpisahan yang mewah,” pungkasnya. (inilahkalsel.com/wartabanjar.com)
Editor: Yayu