Kanal

Kisah Harun Ar-Rasyid: Berhaji dengan Berjalan kaki


Harun Ar Rasyid, khalifah kelima dari kekhalifahan Abbasiyah, dikenang tidak hanya karena kebijakan pemerintahannya tetapi juga karena keteguhan spiritualnya yang luar biasa. Dikenal atas kepatuhan dan dedikasi religiusnya, Harun Ar Rasyid menunjukkan keimanan yang mendalam melalui praktik ibadah harian dan kontribusi amalnya yang besar. 

Setiap pagi, ia dikabarkan memberikan 1.000 dirham untuk amal dan melaksanakan salat sebanyak 100 rakaat, disertai dengan bacaan zikir dan doa yang intens.

Mungkin anda suka

Harun Ar Rasyid telah menunaikan haji ke Mekkah sebanyak tujuh kali dengan menggunakan unta, menempuh perjalanan yang mencapai 1.750 mil dari Baghdad. 

Namun, perjalanan hajinya yang paling mengesankan adalah yang kedelapan, di mana ia memilih untuk berjalan kaki dari Rakkah, Suriah ke Mekah. 

Perjalanan ini menonjolkan stamina fisik dan kegigihan karakternya, mengingat kondisi gurun yang ekstrem dan jarak yang jauh yang harus dilalui.

“Jika kita membayangkan jarak yang dilalui dan keadaan gurun kering yang tidak ramah yang harus dia jalani, kenyataan ini saja akan memberikan gagasan mengenai tenaganya yang sulit ditaklukkan dan kegigihan karakternya,” tulis seorang sejarawan.

Selain itu, selama perjalanan haji, Harun Ar Rasyid dikenal karena kedermawanannya yang luar biasa, seringkali memberikan harta yang besar kepada penduduk Mekah dan Madinah serta para jemaah haji yang kurang mampu yang ia temui di sepanjang jalan. 

Sejarawan Benson Bobrick mencatat bahwa Harun juga membiayai sejumlah orang zuhud yang menjadi bagian dari rombongannya. 

Dalam tahun-tahun ketika ia tidak dapat melakukan haji sendiri, ia mengirimkan wakil-wakil berkedudukan tinggi bersama dengan 300 pegawai untuk menunaikan haji, dengan semua biaya ditanggung olehnya.

Stempel Harun Ar Rasyid bertuliskan “Harun tawakal pada Tuhan,” menegaskan keyakinannya bahwa haji merupakan salah satu dari lima pilar agama Islam. 

Dia juga menggunakan ibadah haji sebagai alat untuk menghidupkan kembali kepentingan tempat-tempat suci, sering kali dengan alasan politik yang menjadikan peristiwa haji sebagai peristiwa propaganda yang mengesankan.

Kisah haji Harun Ar Rasyid ini tidak hanya menggambarkan dedikasi religius seorang pemimpin tapi juga bagaimana ia memanfaatkan ibadah haji sebagai sarana untuk memperkuat hubungan sosial dan politik, serta memperdalam kekayaan spiritualnya sendiri. Kisah ini memberikan wawasan tentang bagaimana spiritualitas dan kekuasaan dapat berjalan seiring dalam sejarah Islam.

Back to top button