News

Lengser Oktober, Kesaktian Jokowi Effect Luntur di Pilkada


Prabowo Subianto kini sudah berstatus sebagai presiden terpilih, bukan mustahil status tersebut akan menggeser pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di pentas politik tanah air, khususnya pada Pilkada Serentak 2024.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut fenomena ini wajar terjadi, mengingat Jokowi akan lengser pada Oktober 2024, sementara gelaran pilkada berlangsung pada November.

Adi menganalisa, hal ini dapat membuat preferensi politik pemilih bisa berubah total. Figur sentral nantinya bukan lagi Jokowi melainkan Prabowo.

“Per Tanggal 20 Oktober suksesi kepemimpinan berubah. Prabowo yang dilantik jadi presiden. Sementara tanggal pencoblosan pilkada serentak itu 27 November. Itu artinya, sebulan jelang pilkada preferensi politik pemilih bisa berubah total dan yang jadi figur sentral adalah Prabowo Subianto di pilkada, bukan lagi Jokowi,” kata Adi di Jakarta, dikutip Minggu (23/6/2024).

Menurutnya, pemilih nantinya akan condong pada calon yang terasosiasi oleh Prabowo. Sehingga menurut Adi, Prabowo effect justru yang akan lebih dominan.

“Bisa dibuktikan, seminggu atau dua minggu setelah Prabowo dilantik, saya meyakini pemilih akan condong akan memilih calon yang terasosiasi atau didukung ke Prabowo. Jadi, saat pencoblosan pilkada justru Prabowo effect yang lebih dominan,” tuturnya.

Sebelumnya, Litbang Kompas merilis survei mengenai keterkaitan pemilihan calon di Pilkada 2024 dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebagian masyarakat masih mempertimbangkan calon yang memiliki hubungan dengan dengan Jokowi.

Survei ini dilakukan pada 27 Mei hingga 2 Juni 2024 melalui wawancara tatap muka. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia. Tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error kurang lebih 2,83 persen.

Responden diberi pertanyaan ‘Dalam memilih kepala daerah, apakah Anda mempertimbangkan untuk memilih calon yang memiliki hubungan kedekatan dengan Presiden Jokowi?’.

Hasilnya sebanyak 54,3 persen menjawab ‘ya, mempertimbangkan’, sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 32,9 persen.

Back to top button