Ototekno

Penyebab Pompa Air Kering yang Bikin Los Angeles Jadi Neraka Api!


Kebakaran hebat yang melanda Los Angeles, Negara Bagian California, Amerika Serikat pekan ini menyoroti masalah kritis yang jarang dibahas sebelumnya: pasokan air. Ketika api berkobar, banyak pemadam kebakaran di kota ini menghadapi kenyataan pahit—beberapa hydrant atau pompa air kehabisan pasokan.

Hingga Jumat (10/1/2025) pagi waktu Los Angeles, 9.000 rumah hangus. Kebakaran juga menewaskan 10 orang. Jumlah korban dikhawatirkan bertambah. Sebab, masih banyak area belum aman didatangi tim penyelidik dan penyelamat.

Hanya dalam tujuh jam sejak Kebakaran Palisades dimulai di bagian barat Los Angeles, CEO Los Angeles Department of Water and Power (LADWP), Janisse Quiñones, melaporkan bahwa satu dari tiga tangki air berkapasitas satu juta galon yang tersedia untuk hydrant telah habis. Dua tangki lainnya menyusul pada malam hari dan dini hari berikutnya.

Akibatnya, ketika matahari terbit pada Rabu pagi, media sosial dipenuhi keluhan tentang hydrant yang kosong dan tidak berfungsi, memicu spekulasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Namun, para ahli mengungkapkan bahwa masalah ini bukan sekadar kesalahan teknis, melainkan konsekuensi dari sistem yang tidak dirancang untuk menghadapi kebakaran yang dipicu oleh perubahan iklim.

Baca Juga:  Pakai Peci Hitam, Patrick Kluivert Resmi Diperkenalkan sebagai Pelatih Timnas Indonesia
8cc1490d4e46a2922aa2b25a5f8a46f6.jpg

Masalah Akses, Bukan Pasokan

Selama satu dekade terakhir, California telah menghadapi kekeringan berkepanjangan yang memaksa diberlakukannya kebijakan pembatasan air. Meskipun dua musim dingin sebelumnya cukup basah, awal tahun 2025 mencatat rekor sebagai musim kering terparah. Menurut ilmuwan iklim Daniel Swain, fluktuasi antara curah hujan ekstrem dan kekeringan ini, yang dikenal sebagai “hydroclimate whiplash,” diperparah oleh pemanasan global.

Namun, kali ini, kekurangan air tidak disebabkan oleh pengurangan pasokan akibat kekeringan, melainkan karena tingginya permintaan. Dalam konferensi pers, Quiñones menjelaskan bahwa selama 15 jam pertama sejak Kebakaran Palisades dimulai, permintaan air meningkat hingga empat kali lipat dari biasanya. Tekanan air yang rendah membuat sulit untuk mengisi tangki di area yang lebih tinggi, terutama dalam menghadapi api yang bergerak secepat lima lapangan sepak bola per menit, didorong oleh angin kencang Santa Ana.

Baca Juga:  Daftar 50 Video Game Terbaik Sepanjang Masa, The Legend of Zelda di Urutan Pertama

“Kami memaksakan sistem hingga batas maksimal,” ujar Quiñones dikutip dari laman National Geographic. 

“Kami berjuang melawan kebakaran hutan dengan sistem air perkotaan, dan itu sangat sulit,” lanjutnya.

Tantangan di Area Perkotaan

Faith Kearns, pakar kebakaran hutan dan sistem air dari Arizona State University, menyebut dampak kebakaran terhadap sistem air di perkotaan seperti Los Angeles sebagai bidang studi yang relatif baru. Ia mencatat bahwa insiden ini mengingatkan pada Kebakaran Tubbs 2017 yang melanda Santa Rosa.

Menurut Kearns, berbagai faktor berkontribusi pada kegagalan sistem. Selain tekanan air yang rendah, angin kencang juga menghambat helikopter untuk menjatuhkan air dari udara, situasi yang mirip dengan kebakaran di Lahaina, Maui, pada 2023. Kebakaran juga dapat merusak infrastruktur seperti pipa dan pompa air, memperparah krisis.

Baca Juga:  Hyundai IONIQ 5 Pecahkan Rekor Dunia Perjalanan Mobil Listrik dengan Elevasi Terekstrem

Kearns menekankan pentingnya perencanaan yang lebih matang untuk skenario terburuk seperti ini. “Ini seperti skenario terburuk, tetapi kita harus bersiap untuk menghadapi situasi seperti ini,” ujarnya.

Dampak Pasca Kebakaran

Kendala akses air tidak berhenti saat kebakaran padam. Beberapa kode pos di Los Angeles saat ini berada di bawah pemberitahuan untuk merebus air sebelum digunakan, karena tekanan rendah selama kebakaran memungkinkan kontaminasi seperti abu masuk ke sistem.

Selain itu, setelah api berhasil dipadamkan, pipa dan pompa air harus diperiksa untuk memastikan tidak ada kerusakan lebih lanjut.

Back to top button