Rekor Suram! Start Terburuk Manchester United Sejak 1970-an
Manchester United memulai musim Liga Inggris 2024/2025 dengan performa mengecewakan, mencetak hanya lima gol dalam tujuh pertandingan. Ini adalah start terburuk ‘Setan Merah’ sejak musim 1973-74, musim terakhir sebelum terdegradasi. Terbaru, United hanya mampu bermain imbang 0-0 melawan Aston Villa, menjadi tim pertama yang gagal mencetak gol ke gawang Villa musim ini.
Situasi di dalam lapangan memperlihatkan ketegangan yang semakin jelas. Saat para pendukung United meneriakkan “serang, serang, serang” pada menit ke-86, pelatih Erik ten Hag justru menginstruksikan para pemainnya untuk mundur dan bermain aman, menghindari potensi kebobolan. Taktik ini mengundang kekecewaan fans, yang semakin frustrasi melihat penampilan tim yang jauh dari harapan.
Penurunan produktivitas gol ini menjadi sorotan utama. Terakhir kali United mencetak kurang dari lima gol dalam tujuh laga awal adalah pada musim 1972-73, di mana mereka finis di posisi ke-18. Situasi yang serupa terjadi pada musim 1973-74, ketika mereka hanya mencetak enam gol dalam tujuh pertandingan awal, dan berakhir di peringkat 21, yang membuat mereka terdegradasi.
Saat ini, setelah tujuh pertandingan, United meraih dua kemenangan, dua hasil imbang, dan tiga kekalahan, mencetak lima gol dan kebobolan delapan. Yang lebih mengkhawatirkan, dalam tiga pertandingan terakhir Liga Inggris, Man United gagal mencetak gol sama sekali. Mereka hanya terpaut empat gol dari tim juru kunci, Southampton, dengan tiga dari lima gol United justru dicetak saat melawan tim tersebut.
Perbandingan dengan musim sebelumnya pun tak kalah suram. Setelah tujuh pertandingan, perolehan poin United di musim ini adalah yang terburuk sejak 1989-1990, di mana Sir Alex Ferguson hanya mengantongi tujuh poin dalam tujuh laga dan mengakhiri musim di posisi ke-13. Saat ini, United berada di posisi 14 dengan 8 poin, lebih dekat ke zona degradasi daripada posisi Liga Champions. Klub-klub besar lainnya seperti Liverpool, Chelsea, Manchester City, Arsenal, dan Tottenham semuanya berada di tujuh besar.
Meskipun Ferguson berhasil membalikkan keadaan dengan meraih gelar Piala FA pada musim 1989-1990 dan memulai era dominasi United, masa depan Ten Hag jauh dari kepastian. Statistik memperlihatkan penurunan performa tim selama tiga musim terakhir di bawah asuhannya.
Setelah tujuh pertandingan, perolehan poin tim terus menurun dari 12 poin, 9 poin, hingga kini hanya 8 poin. Jumlah kemenangan dan gol yang dicetak terus berkurang, sementara jumlah kebobolan meningkat.
Satu-satunya sisi positif dari musim ini adalah pertahanan United, yang baru kebobolan delapan gol, sama dengan Manchester City dan Chelsea. Ini bisa menjadi kunci bagi Ten Hag untuk tetap bertahan di kursi pelatih. Namun, performa buruk para pemain juga tak bisa diabaikan. Dalam laga terakhir, Sky Sports memilih Jonny Evans, bek tengah berusia 36 tahun, sebagai pemain terbaik. Mantan striker United, Dimitar Berbatov, bahkan berkomentar, “Evans bermain jauh lebih baik dibandingkan rekan-rekannya, dan mereka seharusnya merasa malu akan hal itu.”
Dengan situasi yang semakin memburuk, tekanan di pundak Erik ten Hag semakin besar. Pertanyaan besar yang muncul: Apakah ia mampu membawa United keluar dari krisis ini, atau justru mengikuti jejak musim kelam 1973-74?