News

Rektor UIII: Faktor Politik-Ekonomi Cenderung Jadi Penyebab Radikalisme

Sabtu, 24 Des 2022 – 16:56 WIB

Rektor UIII Komaruddin Hidayat- inilah.com

Rektor UIII Prof Komaruddin Hidayat dalam sebuaah diskusi, Jumat (23/12/2022) meyakini, alasan politik, ekonomi dan sosial budaya menjadi faktor penentu munculnya radikalisme. (Foto: Univ Negeri Semarang)

Faktor agama bisa disebut bukan faktor dan alasan utama munculnya radikalisme. Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Komarudin Hidayat menyebut, semakin banyak kalangan yang mulai menyadari penyebab utama radikalisme-terorisme lebih ke soal politik, ekonomi, hukum, dan sosial budaya.

Komaruddin menambahkan, alasan agama muncul setelah alasan lainnya, seperti rasa ketidakpuasan, kemarahan, dan ketidakseimbangan kelompok. Meski harus juga diakui, di kalangan umat beragama ada perbedaan dalam hal radikalisme karena menyangkut keyakinan.

“Banyak yang mulai menyadari bahwa penyebab utama aksi radikalisme-terorisme lebih kepada politik, ekonomi, hukum, dan sosial-budaya,” kata Komarudin dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema “Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia?” di Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Sedangkan pemerhati isu-isu strategis dan politik global Prof Imron Cotan menilai, banyaknya informasi tersebar di ranah maya menciptakan paradoks pilihan.

Dalam situasi demikian, arus informasi yang tak tersaring membuat orang kebingungan, sehingga mudah terdorong dengan sendirinya pada ajaran-ajaran radikal atau self-radicalization.

“Hukum mencari pasti mendapatkan. Jadi kalau seseorang mencari hukum yang membenarkan radikalisme-terorisme dalam hutan informasi di dunia maya, yang bersangkutan pasti memperolehnya,” kata Imron.

Kendati begitu, kini makin banyak tokoh utama motor radikalisme-terorisme yang telah tewas dinegasikan oleh negara-negara maju, utamanya Amerika Serikat. Hal ini, kata Imron, berimplikasi terhadap mengecilnya aksi radikalisme-terorisme.

“Kita harus memerangi kebodohan dan kemiskinan agar memutus gerakan radikalisme-terorisme, sehingga menyadarkan masyarakat bahwa sebetulnya gerakan sempalan tersebut tidak relevan dengan tujuan berdirinya NKRI,” kata Imron.

Direktur Moya Institute Hery Sucipto menyebutkan, ancaman radikalisme-terorisme tidak akan pernah hilang seiring dinamika politik global. Fakta-fakta kemunculan radikalisme-terorisme tetap harus mendapat perhatian khusus untuk ditumpas tuntas.

Back to top button