Market

Rupiah Hari Ini Ditutup Tertekan ke Level Rp16.413 Per Dolar AS


Rupiah ditutup tertekan ke level Rp16.413 per dolar AS pada perdagangan Rabu (26/6/2024) sore. Posisi tersebut melemah 38 poin atau 0,23 pesen dari penutupan sebelumnya pada level Rp16.375 per dolar AS.

Mengutip Fortune Indonesia, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh respons pasar yang masih menunggu data inflasi indeks harga PCE, yang akan dirilis Jumat mendatang (28/6/2024). 

Mungkin anda suka

“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini dari data indeks manajer pembelian yang kuat dan pembacaan kepercayaan konsumen memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim.

Pasar juga masih mencermati pernyataan beberapa pejabat The Fed serta revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama yang akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai perekonomian AS pada pekan ini.

Sementara itu, di Asia, faktor yang turut menekan pergerakan rupiah hari ini adalah sentimen terhadap ketegangan di China, di tengah kekhawatiran mengenai potensi perang dagang dengan negara-negara Barat. Terutama setelah Beijing menandai kemungkinan tersebut dalam menghadapi tarif Eropa terhadap impor kendaraan listrik China. 

“Kekhawatiran akan perang dagang membuat indeks China mengalami penurunan tajam sepanjang bulan Juni, seiring dengan berkurangnya dukungan terhadap langkah-langkah stimulus yang lebih banyak di negara tersebut,” jelas Ibrahim.

Sementara itu, dari dalam negeri, sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan rupiah adalah pernyataan pemerintah bahwa kondisi fundamental dan perekonomian masih dalam kondisi yang baik di tengah fluktuasi kurs rupiah dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu.

Saat ini, menurutnya, tantangan utama pemerintah adalah bagaimana Indonesia bisa waspada dan mengantisipasi agar dampak negatif dari kondisi global tidak masuk ke dalam negeri dan pentingnya kerja sama antarpihak termasuk Bank Indonesia, pemerintah, dan sektor swasta. 

“Kerja sama ini diperlukan guna menjaga optimisme pasar dan memastikan bahwa ekonomi Indonesia tetap bisa bertahan dan berkembang kendati di bawah tekanan global,” kata Ibrahim. 
 

Back to top button