Ototekno

Saddam Hussein akan Ditampilkan dalam Video Game Call of Duty


Mantan Presiden Irak Saddam Hussein akan “tampil” sebagai peran antagonis dalam instalasi video game Call of Duty: Black Ops yang akan datang. Game ini dijadwalkan akan dirilis akhir tahun ini.

Dalam trailer yang dirilis pada hari Selasa (28/5/2024), permainan tersebut terlihat berlangsung selama konflik geopolitik seputar Perang Teluk di awal tahun sembilan puluhan. Game ini juga menampilkan mantan presiden AS Bill Clinton dan George HW Bush serta mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, bersama Hussein.

Trailer live-action berwarna hitam-putih ini menampilkan tokoh-tokoh sejarah yang terselubung dalam kegelapan saat mereka menceritakan monolog yang mungkin tidak menyenangkan mengenai protagonis game tersebut. Hussein berkata: “Tidak ada yang terlihat. Tetapi jika itu kebenaran yang Anda cari, lihatlah dalam kegelapan”, sebelum logo game tersebut terungkap di akhir.

Seri Call of Duty: Black Ops memiliki rekam jejak dalam menggunakan tokoh sejarah dan politik fiksi dalam permainannya, dengan tema yang memadukan fiksi dengan kenyataan. Presiden AS Richard Nixon, Ronald Reagan, dan John F. Kennedy tampil sebagai versi fiksi dari diri mereka sendiri.

Hussein sebelumnya digambarkan dalam video game Solider of Fortune, yang dirilis antara tahun 2000 dan 2002. Seperti pendahulunya, Black Ops 6 akan bersetting di masa lalu. Game sebelumnya berlatarkan Perang Dingin, pada awal hingga pertengahan tahun delapan puluhan. Activision-Blizzard, perusahaan video game AS di balik seri Call of Duty, akan meluncurkan seri terbarunya secara penuh bulan depan.

Perang Teluk, yang terjadi antara tahun 1990 dan 1991, dimulai setelah  rezim Saddam Hussein menginvasi Kuwait. Koalisi 42 negara yang dipimpin oleh AS kemudian memaksa pasukan Irak keluar dari Kuwait sambil melakukan pemboman dahsyat di Irak.

AS dan PBB juga memberlakukan sanksi yang melumpuhkan yang dianggap sebagai penyebab kematian puluhan ribu anak-anak Irak. Hussein adalah presiden Irak antara tahun 1979 hingga 2003, sebelum ia ditangkap setelah invasi AS ke Irak pada tahun yang sama.

Mantan presiden tersebut kemudian diadili atas kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan fokus khusus pada pembantaian yang dilakukan terhadap komunitas Kurdi Irak pada awal tahun delapan puluhan, sebelum dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada tahun 2006.

Back to top button